BerIMAN bahwa Allah mengUJI seorang hamba sesuai dengan keMAMPUannya. "Allah tidak memBEBANi seseorang melainkan SESUAI dengan keSANGGUPannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. " (QS Al Baqarah : 286) "Tidak semestinya seorang muslim mengHINA dirinya. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (QS. al-'Ankabut: 2-3) 36fi. JAKARTA -Melewati masa-masa sulit seperti yang kita alami sebagai umat Islam saat ini, cukup melegakan membaca janji Allah dalam Al quran. Namun sebuah pemikiran yang muncul di benak setiap orang adalah, Mengapa kita harus melalui kesulitan di tempat pertama? Mengapa Allah tidak menjadikan hidup kita penuh kemudahan?Melansir laman Ada tujuh alasan yang terdapat dalam Alquran seseorang diuji, di antaranya, Pertama, untuk melihat iman seseorang surat Muhammad ayat 4فَإِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا فَضَرْبَ الرِّقَابِ حَتَّىٰ إِذَا أَثْخَنْتُمُوهُمْ فَشُدُّوا الْوَثَاقَ فَإِمَّا مَنًّا بَعْدُ وَإِمَّا فِدَاءً حَتَّىٰ تَضَعَ الْحَرْبُ أَوْزَارَهَا ۚ ذَٰلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ ۗ وَالَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَلَنْ يُضِلَّ أَعْمَالَهُمْ Maka apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir di medan perang, maka pukullah batang leher mereka. Selanjutnya apabila kamu telah mengalahkan mereka, tawanlah mereka, dan setelah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan, sampai perang selesai. Demikianlah, dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia membinasakan mereka, tetapi Dia hendak menguji kamu satu sama lain. Dan orang-orang yang gugur di jalan Allah, Allah tidak menyia-nyiakan amal telah menjadi sunnatullah hidup adalah ujian. Dalam surat Al Mulk 2الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُyang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun,Ketiga, Untuk mengetahuu orang yang dusta atau tidakأَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَApakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman" dan mereka tidak diuji?Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini - Alquran menegaskan bahwa orang yang mengaku beriman akan menghadapi ujian berupa kesulitan dan penderitaan. Bahkan Nabi Muhammad SAW menyampaikan orang yang paling berat ujiannya adalah para Nabi dan orang-orang sholeh. وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ Sungguh, Kami benar-benar telah menguji orang-orang sebelum mereka. Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui para pendusta. QS Al-Ankabut 3 Menurut Tafsir Kementerian Agama, ayat ini mengandung arti, orang-orang yang beriman dan berpegang teguh dengan keimanannya akan menghadapi berbagai macam penderitaan dan kesulitan. Mereka sabar dan tabah menahan penderitaan itu. Umpamanya Bani Israil yang beriman, telah diuji Allah dengan berbagai macam siksaan yang dijatuhkan Firaun kepadanya. Umat Nabi Isa yang beriman juga tidak luput dari azab dan kesengsaraan. Semuanya menjadi contoh dan pelajaran bagi umat beragama Islam ini. Dalam sebuah hadis Nabi Muhammad SAW dijelaskan. Diriwayatkan oleh Khabbab bin al-Aratt bahwa ia berkata, "Kami mengadukan kepada Rasulullah yang dalam keadaan tidur beralaskan sorbannya di sisi Kabah, kami mengatakan bahwa kami menderita berbagai macam siksaan berat dari kaum musyrikin. Apakah kamu tidak akan menolong kami wahai Rasulullah, dengan cara engkau berdoa untuk keselamatan kami dari siksaan tersebut?" Rasulullah menjawab, "Orang-orang sebelum kamu juga mengalami hal seperti ini, bahkan lebih hebat lagi. Seseorang yang karena keimanannya yang membaja kepada Tuhan ia dihukum, dan digali lubang khusus untuknya. Diletakkan gergaji di atas kepalanya. Kemudian gergaji itu diturunkan perlahan-lahan, sehingga tubuh orang tersebut terbelah dua. Ada pula yang badannya disisir dengan sisir besi runcing yang sudah dipanaskan. Namun mereka tidak mau mundur dari keyakinan agamanya. Demi Allah, agama ini pasti akan aku tegakkan juga, sehingga amanlah musafir yang sedang dalam perjalanan ke Hadramaut. Mereka tidak takut kecuali hanya kepada Allah, walaupun serigala-serigala mengelilingi binatang ternaknya. Tetapi kamu terlalu ingin cepat berhasil.” Riwayat al-Bukhari Diriwayatkan dari Abi Said al-Khudri bahwa dia berkata, "Saya memasuki rumah Rasulullah dan menjumpai beliau sedang tidak enak badan demam. Saya meletakkan tangan di atas selimut beliau. Maka saya dapati rasa panas di atas selimut beliau. Saya berkata, wahai Rasulullah, alangkah hebatnya panas ini.’" Rasulullah menjawab, "Ya memang begitu. Kita sedang ditimpa cobaan yang berlipat ganda datangnya, tetapi pahalanya pun berlipat ganda diberikan Allah kepada kita.’" Saya bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat penderitaan yang dialaminya?’" Beliau menjawab, "Nabi-nabi.’" Saya bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, lalu siapa lagi?"’ Beliau menjawab, "Orang-orang yang saleh." Riwayat Ibnu Majah Keterangan Rasulullah demikian diperkuat oleh ayat yang berbunyi, "Dan betapa banyak Nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikutnya yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak pula menyerah kepada musuh. Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar." QS Ali Imran 146 Dengan beraneka ragam penderitaan itulah, Allah mengetahui siapakah yang betul-betul sempurna keimanannya, dan siapa pula yang menutupi kepalsuannya dengan sikap beriman. Allah akan membalas masing-masing mereka itu dengan apa yang pantas baginya. Ringkasnya, Allah melarang manusia berprasangka bahwa ia diciptakan dengan percuma begitu saja. Justru Allah akan menguji setiap manusia, untuk menentukan siapakah yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah. Derajat tersebut tidak mungkin diperoleh kecuali dengan menempuh ujian yang berat. Hidup ini memang penuh dengan perjuangan, baik kita enggan atau senang menghadapinya. Semakin tinggi tingkat kesabaran, makin tinggi pula kemenangan dan pengajaran yang akan diperoleh. Itulah sunah Allah yang berlaku bagi umat dahulu dan sekarang. Manusia seperti permata sebagaimana orang bijak katakan sebagai berikut Permata tak bisa di poles tanpa gesekan, manusia tak bisa sempurna tanpa ujian Sesungguhnya ujian yang Allah berikan kepada kita, hakikatnya merupakan salah satu sarana untuk mentarbiyah manusia agar menjadi manusia yang beriman, bertauhid dan berilmu. Sebagaimana orang belajar untuk mendapatkan gelar sarjana atau kenaikan tingkat pendidikan haruslah dilakukan ujian dan harus dimiliki guru pembimbing. Begitu juga dalam proses mendapatkan Tauhid, iman dan Ilmu Allah. Lalu siapa guru pembimbingnya sudah tentu adalah nabi Muhammad Saw. Dalam hal ujian, Rasul sendiri menyatakan bahwa proses kenabian yang dijalaninya bersama para nabi-nabi adalah yang terberat. Suatu hari seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya?” Beliau SAW menjawab “Para nabi, kemudian orang-orang saleh, kemudian yang sesudah mereka secara berurutan berdasarkan tingkat kesalehannya. Seseorang akan diberikan ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikit pun.” HR Bukhari. Namun demikian Tuhan meyakinkan bahwa ujian yang diturunkan kepada manusia adalah sesuai dengan kadar kemampuan masing-masing orang. Tuhan mengajarkan untuk menghadapinya dengan menjadikan diri sabar dan shalat sebagai penolong. Firman Allah Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya. Mereka berdoa “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”Albaqarah 286 Apakah setelah naik tingkat dan derajat lalu urusan selesai? Firman Allah “ Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Alankabut 2 Naiknya derajat atau tingkatan tersebut bukan berarti urusan selesai, karena hidup ini adalah proses yang terus berlanjut. Semakin tinggi atau derajat seseorang maka semakin tinggi resiko yang akan dihadapinya. Ibarat seseorang dekat dengan raja, maka segala perbuatan dan prilakuanya harus mencerminkan loyalitasnya. Karena itu harus terus waspada dan menjaga sopan santun kepada rajanya. Sedikit saja menyeleweng atau bersebrangan pendapat akan dinilai raja sebagai sikap yang menentang. Firman Allah Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. Albaqarah 214. Orang yang mencapai tahapan ini akan bersedih jika mendapatkan kemuliaan atau kebaikan dengan berucap istighfar dan sebaliknya akan bergembira jika musibah datang menemuinya dengan mengucapkan hamdallah. Musibah yang datang akan disikapi dengan suka cita sebagai tetap adanya kasih sayang Allah kepada dirinya dan adanya kesempatan naik tingkat bila dapat melalui ujian musibah itu. Sesuai Firman Allah Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. Ali Imran 120